Seruan untuk ikut bergabung dalam aksi protes antikudeta semakin meluas, bahkan semakin terorganisasi. Para peserta aksi mulai dari masyarakat biasa, petugas kesehatan, guru, dosen hingga mahasiswa. Tak hanya masyarakat Myanmar, kecaman internasional juga berdatangan.
“Kami petugas kesehatan memimpin kampanye ini, untuk mendesak semua staf pemerintah ikut bergabung. Pesan kami kepada publik, kami bertujuan sepenuhnya untuk menghapus rezim militer ini, dan kami harus berjuang untuk takdir kami,” kata Aye Misan, seorang perawat di sebuah rumah sakit pemerintah dalam protes di kota terbesar Yangon.
Protes pada akhir pekan kemarin tercatat sebagai demonstrasi terbesar sejak “Revolusi Kunyit” yang dipimpin oleh para biksu Budha pada 2007. Sejauh ini, demonstrasi masih terkendali, tidak seperti penumpasan berdarah selama protes besar 1988 dan 2007.