Demonstrasi di Amerika Serikat

Deden Rukmana
Deden Rukmana. (Foto: Dok. pribadi)

Tanpa suara-suara dan demonstrasi yang disampaikan oleh orang-orang hitam tersebut, penghapusan Hukum Jim Crow yang diskriminatif tidak akan terjadi. Demonstrasi-demonstrasi tersebut tentunya mendapatkan juga perlawanan dan opresi oleh institusi dan orang-orang putih di berbagai tempat.

Melalui proses yang panjang dan juga dukungan dari politisi berkulit putih yang lebih terbuka misalnya John F Kennedy dan Lyndon B Johnson, akhirnya demonstrasi tersebut menghasilkan perubahan hak-hak sipil orang hitam di AS.

Ketidakadilan dalam sistem hukum pidana

Film dokumentasi berjudul "13th" yang diproduksi Netflix pada 2016 menceritakan bagaimana sistem politik dan kebijakan di AS melakukan kriminalisasi terhadap orang hitam. Film ini menceritakan terjadinya ketidakadilan hukum pidana bagi orang Hitam. Setelah berakhirnya perang saudara, orang hitam dihukum secara tidak adil, masuk penjara dan bekerja tanpa upah untuk kepentingan negara bagian.

Film ini juga mengungkapkan pendapat para aktivis, sejarawan, dan ahli bagaimana politisi AS menggunakan “ketegasan untuk menindak kriminal” dan “pemenjaraan massal” sebagai kata kunci untuk menarik pemilih. Penguatan polisi di tingkat lokal juga dilakukan untuk menindak tegas kriminal. Orang hitam, khususnya lelaki, secara tidak proporsional adalah korban dari sistem ini.

Ketidakadilan dalam sistem hukum pidana yang merugikan orang hitam telah berlangsung ratusan tahun di AS. Kesalahan persepsi terhadap orang hitam sebagai pelaku kriminal telah melekat lama dalam kehidupan di AS. Semua ini adalah juga akibat dari legasi perbudakan dan Peraturan Jim Crow yang diskriminatif di masa lalu.

Kematian George Floyd dan kampanye antirasial

Kematian orang hitam akibat kekerasan polisi di AS sudah sering terjadi. Pada 2012, terbentuk gerakan Black Lives Matter yang mengkampanyekan antikekerasan dan sistematis rasial terhadap orang hitam.

Gerakan ini dipicu oleh tewasnya anak remaja hitam bernama Trayvon Martin di Florida (Februari 2012). Tewasnya Eric Garner di New York City (Juli 2012) dan Michael Brown di Ferguson (Agustus 2014) juga menguatkan gerakan ini. Gerakan ini meredup seiring dengan terpilihnya Presiden Donald Trump sebagai presiden AS pada 2016.

Kematian George Floyd kembali menggugah gerakan Black Lives Matter untuk mengkampanyekan antikekerasan dan perlawanan atas ketidakadilan terhadap orang hitam. Para demonstran di berbagai kota di negeri Paman Sam menuntut keadilan terhadap orang hitam yang selama ini menjadi korban secara tidak proporsional dari sistem hukum pidana dan kehidupan secara umum di AS.

Terima kasih kepada semua pembaca. Besar harapan saya agar kita semua belajar dari pengalaman di AS untuk bisa mewujudkan dunia yang lebih adil bagi semua. Keadilan adalah hak asasi semua manusia. ***

Editor : Ahmad Islamy Jamil
Artikel Terkait
Nasional
6 jam lalu

Bertemu 45 Menit, Luhut: Prabowo Gembira Negosiasi Tarif dengan AS akan Rampung

Internasional
10 jam lalu

Kim Jong Un Pamer Kapal Selam Nuklir Pertama Buatan Korea Utara

Internasional
12 jam lalu

Trump Ingin Rebut Greenland, Uni Eropa Tegaskan Dukung Denmark

Internasional
12 jam lalu

Wow, Rusia Akan Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Bulan

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal