Atas inisiatifnya sendiri, Wang melepaskan lebih dari 7.000 orang dari kamp-kamp di Xinjiang.
"Dia khawatir bahwa mengumpulkan begitu banyak orang dengan sadar akan memicu konflik dan memperdalam kebencian," isi pengakuan Wang yang bocor ke Times.
China, setelah awalnya menyangkal, mengklaim kamp-kamp itu sebagai sekolah kejuruan yang bertujuan meredam ekstremisme dan kekerasan Islamis melalui pendidikan dan pelatihan kerja.
Namun kelompok-kelompok hak asasi manusia dan media asing, termasuk AFP, melaporkan bahwa dokumen-dokumen resmi dan gambar-gambar satelit menunjukkan fasilitas-fasilitas tersebut dilengkapi dan dijalankan seperti penjara.
"Kebocoran dokumen itu mengukuhkan dalam warna hitam dan putih, dengan kata-kata partai sendiri, pemusnahan massal di luar hukum secara sadar dan sistematis terhadap Muslim di Xinjiang," kata James Leibold, seorang pakar hubungan etnis di China dan seorang profesor di Universitas La Trobe di Melbourne.