Dia mengatakan, sejarah bangsa Indonesia akan selalu mencatat karena berkat usulan tersebut sidang Dewan Keamanan PBB membahas persoalan Indonesia yang menghasilkan pengakuan global terhadap Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat.
Pada Januari 1949, Dmytro Manuilsky mengecam agresi militer yang dilakukan Belanda untuk kedua kalinya terhadap Indonesia.
Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Kedekatan Indonesia semakin berlanjut di era 1970-an yang ditandai kunjungan tokoh Ukraina, Yaroslav Stetsko. Ia beberapa kali berkunjung ke Indonesia, salah satunya menghadiri pemakaman para jenderal yang menjadi korban Gerakan 30 September 1965.
Yaroslav Stetsko banyak menulis khususnya tentang gerakan pembebasan di negara-negara yang dijajah dan sangat menghargai kepentingan ideologi Pancasila dan menekankan kesamaannya dengan ideologi pejuang kemerdekaan Ukraina.
Kedekatan ini semakin kuat ketika Ukraina menyatakan diri merdeka dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991 yang diakui Indonesia pada 28 Desember 1991 dan keduanya sepakat menjalin kerja sama diplomasi pada 6 Juni 1992.
Malam peringatan 30 tahun hubungan Ukraina-Indonesia juga dihadiri oleh Dirjen Amerika dan Eropa Kemlu I Gede Ngurah Swajaya, mantan Dubes Indonesia seperti Dino Patti Djalal, Yuddy Chrisnandi, tokoh Media Bambang Harimurti, tokoh agama H. Abdul Mu'ti dari Muhammadiyah, pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie hingga pebisnis Indonesia-Ukraina.