5. Pembangunan melibatkan 1,5 juta pekerja
The New York Times melansir, butuh 10 tahun dan 1,5 juta pekerja untuk membangun Terusan Suez. Dari jumlah itu, menurut Otoritas Terusan Suez, sebanyak 20.000 petani miskin lokal direkrut setiap 10 bulan dengan ancaman kekerasan serta upah kecil.
Puluhan ribu petani menggunakan beliung dan sekop untuk menggali bagian awal Terusan Suez. Banyak pekerja meninggal dunia karena kolera dan penyakit lainnya kala itu.
Proses pengerjaannya sangat lambat, dan proyek itu menemui hambatan setelah penguasa Mesir Ismail Pasha tiba-tiba melarang penggunaan kerja paksa pada 1863. Kisruh politik di Mesir dengan Inggris dan Prancis juga memperlambat proyek.
Biaya akhir mencapai dua kali lipat dari proyeksi awal sebesar 50 juta dolar AS atau Rp720 miliar saat itu. Lesseps akhirnya mengubah strategi, dan menggunakan kapal keruk bertenaga uap dan batu bara untuk menggali kanal.
6. Terusan Suez dalam krisis perang
Pada 1956, Terusan Suez menjadi pusat perang singkat antara Mesir dan pasukan gabungan Inggris, Prancis, dan Israel. Konflik itu berawal dari pendudukan militer Inggris di zona kanal, yang terus berlanjut bahkan setelah Mesir memperoleh kemerdekaan pada 1922. Ketegangan akhirnya memuncak pada Juli 1956, ketika Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez.