Penemuan cara mendeteksi virus Hepatitis A dan B juga menjadi langkah penting di masanya. Penemu Hepatitis B memenangkan Hadiah Nobel Kedokteran pada 1976, namun ketika itu sebagian besar kasus Hepatitis yang ditularkan melalui darah tetap belum bisa dijelaskan.
Alter medapat apresiasi atas karya rintisannya pada 1970-an yang mempelajari terjadinya Hepatitis pada pasien yang telah mendapat transfusi darah, menentukan penyakit mereka bukanlah Hepatitis A atau B.
Sementara itu Houghton, bekerja di Universitas Alberta, mengembangkan kembali temuan Alter untuk mengisolasi urutan genetik virus baru. Sedangkan Rice (68) menyelesaikan teka-teki tersebut dengan menggunakan rekayasa genetika untuk membuktikan bahwa itu adalah strain baru Hepatitis C yang menyebabkan pasien jatuh sakit.
Rice, bekerja di Universitas Rockefeller, New York, menyebut penemuan-penemuan dasar ketiganya sebagai kisah sukses untuk ilmu biomedis.
"Kita menyaksikan contoh tindak lanjut yang luar biasa dari hal itu terkait dengan pandemi. Jumlah kelompok yang telah melangkah untuk menangani SARS-Covid-2, kecepatan di mana penemuan baru dibuat yang saya harapkan akan berdampak pada pengendalian pandemi, benar-benar mengejutkan," katanya.
Ketiganya akan berbagi hadiah senilai 10 juta kronor Swedia atau sekitar Rp16,5 miliar.
Penghargaan yang mereka dapat berlangsung saat para ilmuwan berpacu menemukan vaksin virus corona. Rice dan Houghton saat ini terlibat dalam penemuan vaksin tersebut.
Ketua komite Nobel Kedokteran Patrik Ernfors mengatakan hadiah tahun ini relatif mudah dikaitkan dengan kondisi saat ini.