Studi baru yang dirilis bioRxiv menggunakan analisis filogenetik molekuler untuk mempelajari sifat evolusi varian lambda. Para peneliti dalam riset tersebut telah mengindikasikan dua fitur virologi penting dari varian lambda, yakni resistensinya terhadap tanggapan kekebalan yang diinduksi vaksinasi dan; peningkatan dalam tingkat penularan.
Meskipun varian lambda telanjur diklasifikasikan sebagai VOI, para peneliti telah menyoroti potensi varian tersebut untuk menyebabkan epidemi di masa depan. Sementara sampai saat ini, Covid varian delta masih dianggap paling berbahaya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada minggu ini menggambarkan varian delta sama menularnya dengan cacar air. Varian asal India itu juga dapat menyebabkan penyakit parah, demikian New York Times melaporkan, mengutip dokumen internal CDC. Varian delta juga lebih mungkin untuk menembus perlindungan yang diberikan oleh vaksin.
Namun, data CDC menunjukkan, vaksin ternyata masih sangat efektif mencegah penyakit serius, potensi pasien untuk rawat inap, dan kematian pada orang-orang yang sudah divaksinasi. Penelitian baru menunjukkan, orang yang sudah divaksinasi dan kemudian terinfeksi varian delta, membawa sejumlah besar virus di hidung dan tenggorokan, kata Direktur CDC Rochelle Walensky kepada Times.