Namun, pandangan mengenai potensi intervensi China dalam Pilpres AS 2020 nampaknya mulai bergeser. Ini disebabkan temuan intelijen yang menunjukkan keterlibatan peretas dukungan Rusia menargetkan pemerintah negara bagian dan berhasil mencuri data dalam dua kasus.
Tuduhan itu muncul tak lama setelah para pejabat menuding Rusia dan Iran menggunakan informasi pendaftaran pemilih AS untuk merusak kampanye Trump.
Sedangkan, tuduhan China akan ikut campur sepanjang masa kampanye sampai mendakati hari pemilihan sama sekali tidak menunjukkan aktivitas yang signifikan.
Upaya misinformasi asing yang didukung China diklaim memiliki jangkauan sangat kecil dibandingkan upaya Rusia sebelum pemilihan Presiden AS pada 2016 lalu.
"China mempelajari apa yang dilakukan Rusia pada 2016 dengan sangat cermat," kata Pakar Keamanan Siber, James Lewis, dikutip dari CNN, Sabt (24/10/2020).
"Mereka ingin bisa melakukan apa yang dilakukan orang-orang Rusia tetapi mereka tidak begitu pandai dalam hal itu," lanjutnya.
Operasi China diyakini lebih produktif di masa depan