Tuntutan Reparasi dan Kompensasi
Iran dalam suratnya menuntut AS dan Israel untuk tunduk pada kewajiban reparasi, termasuk restitusi dan kompensasi atas kerusakan fasilitas nuklir serta kerugian lain yang ditimbulkan. Pemerintah Iran menilai kerusakan yang terjadi bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga berdampak pada stabilitas kawasan dan program nuklir nasional.
“Ini tanpa prasangka terhadap tanggung jawab pidana individu siapa pun, termasuk dalam rezim Israel, yang memimpin, memerintahkan, melakukan, atau membantu kejahatan perang tersebut,” kata Araghchi.
PBB dan AS Belum Berkomentar
Hingga saat ini, juru bicara misi AS untuk PBB maupun kantor Sekjen PBB Antonio Guterres belum memberikan respons atas tuntutan Iran. Namun desakan Teheran diprediksi akan memperpanjang ketegangan diplomatik di tengah situasi Timur Tengah yang sudah memanas.
Pengakuan Trump yang terang-terangan menyebut dirinya memerintahkan serangan tersebut memberi Iran amunisi politik baru untuk menekan AS di forum internasional. Pengamat menilai langkah Iran menyurati Guterres adalah upaya membangun dukungan global bahwa serangan tersebut tidak dapat dibiarkan tanpa pertanggungjawaban.
Dengan tekanan diplomatik yang kini diarahkan langsung ke AS, dinamika geopolitik kawasan diperkirakan akan semakin kompleks, terutama jika Dewan Keamanan PBB memutuskan membawa persoalan ini ke pembahasan formal.
Iran menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengejar akuntabilitas internasional, dan langkah menyurati PBB menjadi babak baru dalam konfrontasi panjang antara Teheran dan Washington.