Netanyahu mengumumkan rencana itu sehari setelah pemimpin de facto Suriah Ahmed Husein al-Sharaa mengkritik Israel atas serangan udara yang terus dilakukannya terhadap target militer di negara itu. Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris mencatat lebih dari 450 serangan udara Israel di Suriah sejak 8 Desember, termasuk 75 serangan pada Sabtu malam.
Menurut Al-Sharaa yang juga dikenal sebagai Abu Mohammed al-Julani, serangan itu melewati batas dan berisiko meningkatkan ketegangan di kawasan itu meskipun Suriah tidak ingin berkonflik dengan negara tetangga mana pun.
"Kondisi negara yang lelah setelah bertahun-tahun konflik dan perang, tidak memungkinkan terjadinya konfrontasi baru," kata Al-Sharaa kepada Syria TV sebagaimana dilaporkan Reuters.
Sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) belum mengomentari pernyataan Al-Sharaa. Sebelumnya IDF mengatakan serangan itu diperlukan untuk menghentikan senjata jatuh ke tangan para ekstremis.
Diketahui, Presiden Bashar al-Assad dan keluarganya melarikan diri ke Rusia dan mencari suaka setelah kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan al-Sharaa memimpin faksi pemberontak lainnya dalam serangan di Damaskus. Kelompok-kelompok tersebut terus membentuk pemerintahan transisi di Suriah yang secara teoritis dipimpin oleh Al-Sharaa.