GAZA, iNews.id - Gencatan senjata antara Israel dan Hamas belum sepenuhnya membawa rasa aman bagi warga Jalur Gaza. Ribuan bom dan amunisi yang dijatuhkan selama 2 tahun perang belum meledak dan kini menjadi ancaman mematikan di tengah upaya warga membangun kembali kehidupan mereka.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Ranjau PBB (Unmas), sekitar 5 hingga 10 persen dari seluruh amunisi yang dijatuhkan atau ditembakkan Israel ke Gaza tidak meledak. Dengan total lebih dari 70.000 ton bahan peledak yang digunakan sejak awal perang, jumlah sisa amunisi aktif di wilayah itu diperkirakan mencapai ribuan unit.
Misi Penjinakan Tertunda karena Blokade
Upaya internasional untuk menjinakkan bom-bom tersebut terhambat karena Israel belum mengizinkan masuknya tim penjinak ranjau dan peralatan berat ke Gaza. Unmas mengaku sudah menempatkan tiga kendaraan lapis baja di perbatasan, tapi hingga kini belum mendapatkan izin operasi.
“Kami tidak bisa melakukan survei skala besar di Gaza,” bunyi pernyataan Unmas, dikutip dari AFP, Kamis (16/10/2025).
Lembaga tersebut belum memiliki gambaran menyeluruh tentang jumlah pasti pasti bom yang belum meledak akibat pembatasan akses dari pihak Israel.
Penjinak Bom Takut Jadi Sasaran
Situasi di lapangan semakin rumit bagi tim kemanusiaan.
Nicholas Orr, mantan penjinak ranjau militer Inggris yang bekerja untuk LSM Handicap International di Gaza, mengaku tidak bisa menjalankan tugasnya dengan aman karena pengawasan udara Israel masih berlangsung ketat.
“Jika mereka melihat seseorang menggali atau memindahkan benda mencurigakan, bisa saja dikira sedang mengumpulkan bahan peledak untuk senjata. Itu risiko besar bagi kami,” ujarnya.
Senjata yang belum meledak, mulai dari bom udara, granat, hingga peluru, masih tersebar di bawah puing-puing bangunan. Situasi ini membuat warga Gaza hidup dalam ketakutan baru, bukan karena serangan, tetapi karena bahaya tersembunyi di bawah kaki mereka sendiri.