Badan-badan bantuan internasional memperingatkan banyak warga sipil bisa tewas jika Israel melancarkan serangan ke Rafah. Mereka juga tidak bisa memastikan berapa lama lagi bisa bertugas dalam operasi berisiko tinggi.
“Ada kecemasan dan kepanikan yang semakin meningkat di Rafah. Orang-orang tidak tahu ke mana harus pergi,” kata Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA.
Paus Fransiskus juga menyampaikan permohonan kepada Sekjen PBB Antonio Guterres atas nama banyak warga sipil tak berdosa. Lebih dari 1 juta jiwa berlindung di Rafah tanpa ada lagi tempat aman untuk dituju.
“Atas nama kemanusiaan, saya mendesak agar penderitaan mereka didengar dan diperhatikan. Saya sekali lagi menegaskan kembali tuntutan Majelis Umum PBB untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan, kepatuhan terhadap kewajiban hukum humaniter internasional oleh semua pihak, dan pembebasan tanpa syarat semua sandera yang tersisa,” ujarnya.
Israel selalu menggunakan alasan Hamas bersembunyi di antara penduduk sipil. Dalih itu mereka gunakan untuk membantai warga sipil, sebagian besar anak-anak dan perempuan. Ini memicu keyakinan yang tinggi bahwa Israel sengaja membantai anak-anak dan perempuan sebagai bagian genosida.
Hamas dan pejuang Gaza lainnya membantah beroperasi di permukiman penduduk.
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga 9 Februari 2024 telah menewaskan hampir 27.947 orang, sekitar 12.000 di antaranya anak-anak dan 8.190 perempuan. Selain itu 67.459 orang terluka.