Lantas, apa yang membuat sikap Biden kini berubah?
Akhir pekan lalu, Biden menyatakan dalam sebuah editorial opini di media AS bahwa perjalanannya ke Timur Tengah akan difokuskan untuk memulai babak baru dalam keterlibatan Amerika Serikat dengan kawasan tersebut. Menurut dia, penguatan kemitraan dengan negara-negara seperti Arab Saudi sangat penting bagi AS untuk melawan Rusia dan China.
Biden mengakui, banyak orang tidak setuju dengan keputusannya untuk melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Akan tetapi, dia menekankan bahwa posisi Riyadh sangat penting dalam mewujudkan stabilitas yang lebih besar (versi Amerika) di kawasan dan dunia.
“Saya tahu bahwa ada banyak yang tidak setuju dengan keputusan saya untuk melakukan perjalanan ke Arab Saudi,” tulis Biden di kolom opini di The Washington Post dengan tajuk Why I’m going to Saudi Arabia (Mengapa Saya Pergi ke Arab Saudi) yang diterbitkan pada Sabtu (9/7/2022) lalu.
Menurut jadwal, Biden akan mendarat di Arab Saudi pada Jumat (15/7/2022).
Mantan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan, ungkapan Biden tentang Arab Saudi sebagai “negara paria” adalah kesalahan besar. Sebab, selama ini Riyadh telah menjadi sekutu penting bagi AS di kawasan Timur Tengah, terutama dalam menghadapi ancaman Iran.
“Presiden Biden mengatakan dia akan menjadikan kerajaan Arab Saudi sebagai negara paria. Itu adalah kesalahan besar! Tapi mari kita lihat faktanya. Mereka (Saudi) adalah mitra keamanan penting bagi Amerika Serikat,” kata Pompeo di acara Fox & Friends, Senin (11/7/2022).
“Hanya ada satu negara di seluruh wilayah itu yang ingin mengancam Amerika Serikat dan Israel, serta melenyapkan kita dari muka bumi. Itulah kepemimpinan di Iran. Kerajaan Arab Saudi telah menjadi mitra penting dalam membantu melindungi kita dari ancaman itu,” kata politikus Partai Republik itu lagi, seperti dikutip kembali, Fox News.