Kasus Bunuh Diri Sukarela Ilmuwan David Goodall Picu Perdebatan Dunia

Nathania Riris Michico
Ilmuwan asal Australia, David Goodall, akhirnya memutuskan bunuh diri secara sukarela di Swis untuk mengakhiri hidupnya. (Foto:

Ketika ditanya apakah dia yakin ingin melaksanakan rencananya, Goodall pun tertawa.

"Oh ya, itulah tujuan saya berada di sini," kata dia.

"Saya tidak merasa bahwa pilihan orang lain terlibat. Ini merupakan pilihan saya sendiri untuk mengakhiri hidup saya dan saya menantikannya. Di usiaku, atau di bawah usiaku, seseorang ingin bebas memilih kematian ketika kematian ada di waktu yang tepat," ucap Goodall.

Di sebuah hotel kecil tempat menghabiskan hari-hari terakhirnya, Goodall memberikan keterangan pers kepada para jurnalis dari berbagai negara. Dia mengaku kaget atas besarnya perhatian dunia atas kasusnya tersebut.

Dia bahkan sempat menyanyikan komposisi karya Beethoven, Ode to Joy, yang disambut tepuk tangan para jurnalis.

David Goodall tertawa dihadapan para jurnalis. (Foto: Australia Plus ABC)

Dua orang dokter Swiss kemudian mendampingi Goodall menjelang kematiannya. Dia diminta menyatakan kembali niatnya mengakhiri hidupnya dan bahwa dia dalam keadaan sehat.

Tak lama kemudian, dia pun diberikan suntikan mematikan sekitar pukul 12.30 waktu setempat, Kamis (10/5), di Klinik Life Circle/Eternal Spirit Foundation di Basel.

Nitschke yang merupakan pendiri kelompok advokasi euthanasia Exit International, mengatakan kasus Goodall merupakan yang pertama di dunia. Pasalnya, meski kondisinya lemah, namun sang ilmuwan tak memiliki penyakit mematikan dan secara umum dalam keadaan sehat.

"David orang pertama yang saya tahu yang memenuhi syarat bunuh diri karena faktor usia tua. Situasi ini unik. Dalam beberapa hal, ini merupakan bentuk pelecehan terhadap orang jompo. Ada situasi di mana mereka diberitahu mana yang bisa dan tidak mereka lakukan. Dia hanya melaksanakan apa yang dilihatnya sebagai hak mutlak untuk mengakhiri hidupnya sendiri," kata Nitschke.

"Dia ini orang Australia terkemuka dan dihormati. Kita seperti memaksa dia pergi ke negara asing untuk mati, yang memang menjadi keinginannya, saya kira patut disesalkan," ujarnya.

Sementara itu, Ikatan Dokter Australia (AMA) menyatakan keprihatinan mendalam atas kasus Goodall. Komite parlemen Australia Barat bahkan saat ini membahas isu bunuh diri dengan bantuan (assisted dying).

Tujuannya, mempersiapkan sebuah undang-undang yang mirip dengan yang lolos di parlemen Negara Bagian Victoria.

Menurut Ketua AMA Michael Gannon, aturan hukum yang memungkinkan euthanasia serta bunuh diri yang dibantu dokter merupakan aturan berbahaya.

"Di berbagai tempat kami melihat rencana bunuh diri seseorang yang berusia 100 tahun malah dirayakan. Itu memprihatinkan. Umur berapa kita tidak boleh lagi merayakan kehidupan?" kata Gannon.

Gannon sangat prihatin dengan alasan Goodall mengakhiri hidupnya.

"Orang seperti Goodall membuat keputusan mengakhiri hidupnya semata-mata karena tidak ada lagi tujuan hidupnya. Saya rasa ini jadi batas yang berbahaya untuk diseberangi. Saya khawatir dengan masyarakat di mana kita membuat aturan semena-mena tentang kehidupan siapa yang berharga untuk dilanjutkan dan kehidupan siapa yang boleh diakhiri," paparnya.

"Masyarakat seharusnya berupaya menjaga mereka yang mengalami kesulitan dan memastikan hidup mereka layak untuk diteruskan," tambah Gannon.

Putri Goodall, Karen Goodall-Smith, sangat emosional saat melepas ayahnya berangkat ke Swis di Bandara Perth. (Foto: Australia Plus ABC)

Anggota keluarga Goodall, termasuk lima orang cucunya, melakukan perjalanan dari Amerika Serikat (AS) dan Prancis untuk menyampaikan perpisahan terakhir mereka. Bagi keluarganya di Perth, keputusan Goodall tersebut tidak mudah diterima.

"Saya merasa sangat emosional tetapi pada saat yang sama juga merasa damai. Dia selalu merasa tidak ada gunanya berada di dunia ini atau bertahan hidup jika tidak bisa lagi membawa perubahan, jika tidak bisa lagi berkontribusi pada masyarakat," kata putrinya, Karen Goodall-Smith.

"Dan dengan melakukan hal ini secara terbuka, dia berkontribusi besar bagi perdebatan tentang euthanasia," tambahnya.

Karena menghabiskan hari-hari sejak keberangkatan ayahnya untuk merenung. Kepada ABC Plus Australia, dia menceritakan bagaimana sosok Goodall dimatanya.

Cucu David Goodall mengucapkan perpisahan sebelum keberangkatannya ke Swis. (Foto: Australia Plus ABC)

"David sangat rendah hati. Dia tidak pernah menonjolkan lebih baik daripada siapa pun dengan cara apa pun. Dia tidak begitu peduli seperti apa rupanya, di mana dia tinggal. Dia tidak peduli uang, tidak peduli hal-hal materi. Dia hanya peduli tentang sains dan pengetahuan dan dia peduli keluarganya," tambahnya.

Karen mengaku selalu bangga dengan Goodall dan akan selalu bangga menjadi putrinya.

"Dia seorang ilmuwan luar biasa, seorang pria luar biasa yang melakukan apa yang dia ucapkan. Dia jujur, lugas, dan peduli terhadap kemanusiaan, peduli terhadap dunia dan ingin membuat perubahan. Saya ingin orang lain mengingatnya seperti itu," tutur Karen.

Keluarga Goodall rencananya akan mengadakan peringatan mengenang almarhum di Perth dalam beberapa bulan mendatang.

Editor : Nathania Riris Michico
Artikel Terkait
Internasional
5 tahun lalu

Parlemen Portugal Legalkan Euthanasia, Pasien Tak Bisa Sembuh Bisa Minta Suntik Mati

Megapolitan
5 tahun lalu

Diduga Terlilit Utang dari Pinjaman Online, Warga Cilodong Depok Bunuh Diri

Internasional
6 tahun lalu

Negara Bagian Victoria Legalkan Euthanasia bagi Warga Australia yang Sakit Parah

Internasional
7 tahun lalu

Frustasi soal Karier dan Masih Jomblo, Pria Ini Ajukan Izin Suntik Mati

Internasional
8 tahun lalu

Anak Panah Tertancap di Kepala, Kanguru Australia Terpaksa Dibunuh

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal