Blinken mengakui, beberapa orang di Departemen Luar Negeri AS mungkin tidak setuju dengan pendekatan yang dia ambil atau memiliki pandangan berbeda mengenai apa yang dia lakukan. Karena itu, pemerintahan Biden mengorganisasi forum di Washington DC untuk mendengarkan pendapat, masukan, dan ide-ide mereka.
“Saya telah meminta pimpinan senior kami untuk terus melakukan hal itu. Kami mendengarkan: apa yang Anda bagikan adalah informasi bagi kebijakan dan pesan kami,” klaimnya.
HuffPost adalah media pertama yang melaporkan isi email Blinken tersebut.
Beberapa sumber mengatakan terdapat “frustasi mendalam” di kalangan staf Deplu AS. Namun, beberapa pejabat AS mengatakan bahwa meskipun pimpinan Deplu AS menyambut baik beragam suara para stafnya, hal tersebut sepertinya tidak akan mengubah kebijakan Biden secara signifikan terkait konflik Israel-Palestina.
Dalam pengarahan sebelumnya pada Senin (13/11/2023), Juru Bicara Deplu AS Matthew Miller mengatakan, Blinken telah bertemu dengan sejumlah orang dari berbagai biro di kementerian tersebut. Dia juga telah mendengarkan pendapat mereka tentang kebijakan AS terkait perang Israel-Hamas.
“Dia (Blinken) mendorong masyarakat untuk memberikan masukan. Dia mendorong masyarakat untuk angkat bicara jika mereka tidak setuju. Ini tidak berarti bahwa kami akan mengubah kebijakan kami berdasarkan perbedaan pendapat mereka,” kata Miller.
Pada 7 Oktober lalu, para pejuang Hamas Palestina melancarkan serangan ke Israel lewat operasi yang disebut “Banjir al-Aqsa”. Serangan itu menewaskan 1.200 warga Israel.
Sebagai tanggapan, Israel melakukan serangan militer tanpa henti di Gaza, yang menewaskan lebih dari 11.000 warga Palestina. Tragedi ini menjadi babak paling berdarah selama bertahun-tahun dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.