Dua bulan berlalu, perempuan itu mengaku masih mengalami pendarahan di alat kelamin serta tidak bisa mengontrol kencing. Dia juga tak bisa berjalan sempurna lagi.
Dia meninggalkan dua anaknya untuk mencari makan dan belum pernah bertemu.
"Saya tidak tahu apa-apa, apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Para tentara itu menghancurkan hidup saya," katanya.
Fasika Amdeselassie, pejabat kesehatan sementara di Tigray mengatakan, perempuan itu merupakan satu dari ratusan perempuan Tigray korban kekerasan seksual mengerikan yang dilakukan tentara Ethiopia dan sekutunya di Eritrea setelah pertempuran pecah pada November.
Para perempuan itu biasanya diculik berhari-hari bahkan beberapa pekan.
"Para perempuan itu diculik untuk menjadi budak seksual. Pelakunya harus diselidiki," kata Fasika.