Mereka tinggal di Lampinigan selama beberapa hari. Namun Albayalde tak bisa memastikan, apakah pasutri itu datang ke Lampinigian langsung dari Indonesia, atau sudah tinggal di Mindanao sejak lama. Soal identitas, Albayalde menyebut sang pria memiliki nama panggilan Abu Hud.
Selama tiga hari di Lampinigan, lanjut dia, Kamah menyediakan akomodasi kepada pasutri dan mengawal mereka. Di pulau itu pula, pasutri bertemu Hatib Sawadjaan, pemimpin Ajang-Ajang, kelompok militan salah satu faksi dari Abu Sayyaf yang disebut bertanggung jawab dalam ledakan gereja.
Setelah itu, pada 26 Januari, pasutri tersebut berangkat ke Jolo. Keesokan harinya, saat misa berlangsung pukul 08.45 waktu setempat, mereka beraksi dengan meledakkan bom bunuh diri.
Albayalde melanjutkan, Sawadjaan dan kelompoknya sudah merencanakan aksi ini selama hampir setahun.
Menurut dia, masih ada 14 tersangka lain yang diburu, termasuk Sawadjaan serta warga Indonesia lainnya.
Keterlibatan pasutri Indonesia pertama kali diucapkan Menteri Dalam Negeri Eduardo Ano pada Jumat pekan lalu. Namun dia tak menyebutkan identitas pelaku.