"Saya datang ke sini setiap hari Jumat sejak tahun 80-an ketika saya masih mahasiswa," kata Jawad al Bidhani, seorang profesor universitas, yang membeli empat buku akademik, seperti dilaporkan Reuters, Selasa (10/3/2020).
"Penyakit ini (virus korona) berbahaya dan fatal. Tapi ini tidak akan mencegah kita datang ke Jalan Mutanabbi. Jadi kami mengambil kesempatan untuk duduk di sini bersama teman-teman kami selama satu atau dua jam," katanya.
Pasar itu menjadi 'sarang' bagi buku-buku yang dibawa dengan troli dari ruang-ruang di gedung-gedung terdekat; banyak yang dipajang di atas meja di jalan. Jalan itu merupakan barometer kehidupan intelektual.
Tradisi sastra di sana bahkan diringkas dalam pepatah: "Kairo menulis. Beirut mencetak. Baghdad membaca. "
Pilihan sangat terbatas di bawah pemerintahan Saddam, yang melarang bacaan yang kritis. Setelah dia jatuh, literatur politik dan agama menjadi populer, tetapi selera berubah ketika rakyat Irak kehilangan kepercayaan terhadap sistem politik yang oleh banyak orang dianggap korup.