Perjuangan Kuliah di AS
Sesampainya di AS dan memulai kuliah pada 2016, Obin mendapat tantangan baru. Bacaan yang banyak dan tugas yang menumpuk sempat membuatnya patah semangat dan ‘badan kurus kerempeng.’
Namun, dengan kemampuan bahasa Inggris yang menurutnya masih menjadi kendala, dia tetap berusaha untuk beradaptasi dengan kehidupan kampus AS. Kali ini strateginya adalah mempersiapkan diri dan berpartisipasi di dalam kelas.
“Aku udah targetin, setiap mata kuliah itu aku at least nanya satu atau jawab 1. Kalau memang bisa lebih lebih bagus, tapi at least 1,” jawabnya.
Menurutnya dosen di AS sudah seperti teman sendiri. Jika ada pertanyaan, boleh langsung mengirim e-mail atau datang ke kantornya di saat jam kerja.
Seperti saat kuliah di Universitas Sriwijiaya dulu, Obin kembali aktif di kampus. Dia menjadi salah satu tim pemasaran untuk PERMIAS (Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat) dan mendirikan International Student Caucus di kampus bersama teman-temannya.
Cita-cita Obin untuk lulus S2 pun tercapai pada 2018. Impian lainnya? Mendatangkan Bapak dan Mamak ke Amerika, dengan hasil tabungannya selama ini.
“Akhirnya tercapailah mimpi aku itu. Aku bilang harus berdua, karena waktu S1 kan hanya Mamak (yang datang). Jadi kalau kali ini harus berdua,” paparnya.