PYONGYANG, iNews.id – Korea Utara mengkritik latihan militer gabungan Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat yang diadakan bulan ini. Pyongyang menilai latihan perang tersebut sebagai bukti bahwa hubungan tiga negara sekutu itu telah berkembang menjadi “NATO versi Asia”.
“Kami tidak akan mengabaikan penguatan blok militer yang dipimpin oleh AS dan sekutunya dan akan melindungi perdamaian kawasan dengan respons yang agresif dan luar biasa,” ungkap Kementerian Luar Negeri Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang dilansir kantor berita KCNA, Minggu (30/6/2024).
Pada Kamis (27/6/2024) lalu, Korsel, Jepang, dan AS memulai latihan militer gabungan skala besar yang disebut “Freedom Edge”. Latihan itu melibatkan sejumlah kapal perusak dan jet tempur, serta kapal induk bertenaga nuklir AS Theodore Roosevelt. Menurut ketiga negara, latihan itu bertujuan untuk meningkatkan pertahanan terhadap rudal, kapal selam, dan serangan udara.
Latihan tersebut dirancang pada KTT tripartit di Camp David, AS, tahun lalu. KTT itu sendiri diselenggarakan untuk memperkuat kerja sama militer di tengah ketegangan di Semenanjung Korea yang disebabkan oleh uji coba senjata Korut.
Kemlu Korut menyatakan, Washington DC melanjutkan upayanya untuk menghubungkan Korsel dan Jepang dengan NATO. Tak hanya itu, rencana Korsel untuk memasok senjata ke Ukraina menjadi salah satu contoh dari upaya Amerika tersebut.
Sebelumnya, Korsel mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan kemungkinan untuk memasok senjata langsung ke Ukraina. Sikap Seoul itu sebagai protes terhadap perjanjian aliansi militer Moskow-Pyongyang yang baru-baru ini ditandatangani oleh Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Korsel dan Amerika Serikat menuduh Korut memasok senjata ke Rusia yang digunakan dalam perang Ukraina. Baik Rusia maupun Korut, menyangkal adanya transaksi semacam itu.