Hubungan yang bergolak antara kedua pria tersebut -sekutu yang berubah menjadi saingan sengit yang kemudian kembali bersatu untuk merebut tampuk kekuasaan- membentuk situasi politik di negeri jiran selama puluhan tahun.
Secara tak terduga, pada 2018, Mahathir terpilih sebagai kepala pemerintahan koalisi, di mana partai pengusung terbesarnya dipimpin oleh Anwar Ibrahim (72). Anwar sendiri dipenjara sebanyak dua kali untuk kasus terpisah, yaitu sodomi dan korupsi -dakwaan yang dia sebut bermotif politik.
Pekan lalu, Anwar menyangkal tuduhan baru yang dilayangkan mantan ajudannya yang mengatakan bahwa dirinya mencoba memaksa ajudan laki-lakinya itu untuk berhubungan seks. Tuduhan itu dia gambarkan sebagai motif politik yang paling buruk.
Ini merupakan kali kedua Mahathir menjabat sebagai PM Malaysia. Sebelumnya, dia menduduki jabatan tersebut selama 22 tahun dari 1981 hingga 2003.
Anwar sendiri merupakan wakil Mahathir pada periode 1993-1998, hingga akhirnya keduanya pecah kongsi. Anwar kemudian dipenjara setahun setelahnya.