KUALA LUMPUR, iNews.id - Perseturuan antara Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dengan seniornya, Mahathir Mohamad, kembali ramai. Ini bermula dari informasi adanya sebuah gerakan para politisi Malaysia yang diberi nama Dubai Move untuk memengaruhi anggota parlemen agar mengalihkan dukungan mereka kepada partai oposisi.
Sesuai namanya, Dubai Move, sekelompok politisi Malaysia dari kubu oposisi dan pendukung pemerintah dilaporkan bertemu di Dubai, Uni Emirat Arab, untuk membahas rencana itu.
Wakil Dirjen Departemen Komunikasi Publik Ismail Yusop pada Sabtu pekan lalu menyebut, pertemuan Dubai Move berlangsung pada hari libur akhir tahun.
Nama Mahathir pun disebut-sebut di balik gerakan itu meski tak ikut dalam pertemuan. Selain itu Mahathir juga sudah tak menjadi anggota parlemen, apalagi duduk di pemerintahan.
Mahathir justru menyerang balik Anwar dengan mengungkit masa lalu. Dia mengenang soal 'pemerintahan pintu belakang' yang pernah dilakukan Anwar pada September 2008. Malaysia kala itu dipimpin PM Abdullah Ahmad Badawi.
Saat itu Anwar dan koalisi Pakatan Rakyat (sudah bubar) berupaya mencari 30 anggota parlemen dari Barisan Nasional, koalisi pendukung pemerintah, untuk membelot. Namun, langkah tersebut gagal karena usulannya untuk mengadakan sidang khusus Dewan Rakyat ditolak PM Badawi.
“Pertama-tama, saya sudah lama tidak ke Dubai,” ujar Mahathir, dalam posting-an di X, Jumat (5/1/2024), membantah tuduhan keterlibatan dirinya dalam Dubai Move.
Kedua, lanjut Mahathir, membuat gerakan politik dan membentuk pemerintahan pintu belakang merupakan keahlian Anwar.
“Saya yakin banyak yang ingat, langkah pembentukan pemerintahan pintu belakang pada 16 September 2008. Lalu ada pula Kajang Move yang mengangkat istrinya menjadi (Menteri Besar) Selangor," katanya, menyindir Anwar.
Mahathir lalu mempertanyakan, mengapa langkah politik yang terbaru ini tidak dianggap sebagai pengkhianatan atau menyebabkan ketidakstabilan. Anwar memang tak ingin membahas soal Dubai Move.
“Hanya pemerintahan pintu belakangnya (Anwar) yang halal dan suci, selama dia bisa menjadi perdana menteri,” tutur pria 98 tahun itu.