Malaysia merupakan rumah kedua bagi pengungsi Rohingya setelah Bangladesh. Namun, sejak merebaknya Covid-19 Malaysia sudah meminta dua kapal besar pembawa pengungsi Rohingya untuk putar balik serta menahan ratusan orang Rohingya tanpa dokumen jelas.
Langkah tersebut diambil setelah munculnya desakan dari dalam negeri untuk mencegah orang asing masuk karena dikhawatirkan mereka membawa Covid-19 dan membebani negara.
Zubil mengungkap bahwa ada harga yang sangat mahal harus dibayar oleh pengungsi Rohingya agar bisa masuk ke wilayah Malaysia secara ilegal. Mereka diminta membayar 2.500 ringgit (Rp8,2 juta) kepada penyelundup supaya bisa meneruskan perjalanan ke Malaysia.
Setelah mendapatkan pekerjaan di Malaysia, para pengungsi Rohingya masih harus membayar tambahan antara 11.000-13.00 ringgit (Rp36,4-Rp43 juta).
Kebayakan pengungsi Rohingya yang menempuh perjalanan berbahaya ke Malaysia adalah perempuan. Mereka dijanjikan akan dinikahkan dengan pria Rohingya mapan di Negeri Jiran tersebut.
Sejak aksi penumpasan militer pada 2017 di Myanmar, pengungsi Rohingya berpindah-pindah tempat untuk mencari perlindungan setelah meninggalkan tempat tinggalnya. Mereka berani mempertaruhkan nyawa mengarungi laut setelah tidak nyaman berada di kamp-kamp sesak di Bangladesh.