Pada Senin (5/8/2024) lalu, Perdana Menteri Sheikh Hasina dan saudara perempuannya meninggalkan kediaman resminya di Ibu Kota Dhaka untuk mencari tempat aman. Ribuan pengunjuk rasa menyerbu istana Hasina, setelah perempuan itu kabur ke luar negeri dengan helikopter militer.
Kerusuhan melanda Bangladesh sejak bulan lalu. Kekacauan itu berpangkal dari kebijakan pemerintah menerapkan sistem kuota yang diskriminatif dalam rekrutmen lapangan kerja di sektor publik.
Sistem kuota yang diterapkan Hasina itu menyediakan sekitar 30 persen posisi untuk keturunan para pejuang kemerdekaan Bangladesh pada gerakan pembebasan tahun 1971. Para pejuang itu memiliki ikatan historis dan politik dengan keluarga Hasina, terutama ayahnya yang juga pendiri Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman.
Para mahasiswa lalu menggelar aksi unjuk rasa untuk melawan kebijakan yang tak adil itu. Mereka menilai sistem kuota tersebut tidak memberikan kesempatan yang setara bagi semua rakyat untuk menjadi pegawai publik.