“Militer membunuh kami, memerkosa saudara perempuan dan ibu kami, membakar desa kami. Bagaimana mungkin kami bisa aman di bawah kendali mereka," ujarnya, menegaskan.
Pemulangan pengungsi ke Myanmar, lanjut dia, akan memakan waktu lama terkait karut marutnya kondisi politik.
"Ini akan memakan waktu lama karena situasi politik di Myanmar sekarang lebih buruk," tuturnya.
Para pejabat Myanmar dan Bangladesh pada Januari 2021 kembali bertemu untuk membahas cara-cara memulai pemulangan. Kementerian Luar Negeri Bangladesh berharap reptriasi bisa dimulai pada Juni mendatang.
Seorang pengungsi, Mohammad Jaffar (70), mengatakan telah menunggu lama untuk bisa pulang ke Rakhine.
“Harapan bahwa kami bisa kembali sekarang pupus karena perubahan rezim di Myanmar. Pemulangan tidak akan aman sama sekali di bawah rezim ini. Jika kami kembali sekarang ke tangan orang yang bertanggung jawab atas penyiksaan, kami mungkin harus menanggung rasa sakit dua kali lebih dari sebelumnya," kata Jaffar.
Pengungsi lain, Nurul Amin, juga menegaskan tidak akan mau dipulangkan saat ini.