Sementara itu para tentara yang meneken petisi pada Jumat berasal dari berbagai divisi dan spesialisasi di angkatan darat, termasuk unit intelijen 8200, pasukan khusus, serta unit elite seperti Sayeret Matkal, Shayetet, dan Shaldag. Sekitar 20 hingga 30 persen dari tentara yang meneken petisi itu adalah personel cadangan aktif.
Netanyahu juga mengancam akan memecat tentara aktif yang menandatangani petisi untuk menghentikan perang.
"Penolakan adalah penolakan, bahkan ketika itu tersirat dan diungkapkan dalam bahasa yang halus," kata Netanyahu.
Hamas pun mengomentari maraknya penandatanganan petisi oleh kalangan militer maupun sipil Israel untuk mengakhiri perang.
“Meningkatnya seruan di kalangan entitas penjajah untuk menghentikan perang serta membebaskan para tahanan menegaskan pertanggungjawaban (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu yang memperpanjang perang dan penderitaan para sandera (Israel) serta rakyat kami,” bunyi pernyataan Hamas.
Darah anak-anak Gaza serta sandera Israel, lanjut Hamas, hanyalah korban ambisi Netanyahu untuk tetap berkuasa serta terhindar dari tuntutan hukum.
“Persamaannya jelas: Pembebasan sandera sebagai imbalan atas penghentian perang. Dunia menerima, tapi Netanyahu menolak," kata Hamas.