Masjid al-Aqsa adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid yang berada di Yerusalem Timur itu juga menjadi identitas nasional bangsa Palestina.
Akan tetapi, kaum Yahudi juga menganggap kompleks al-Aqsa sebagai tempat paling suci mereka. Dalam tradisi mereka, masjid itu disebut-sebut berdiri di atas lokasi Bukit Bait Suci (Temple Mount), sebuah kuil kuno Yahudi yang dihancurkan oleh bangsa Romawi pada 70 Masehi.
Pada Selasa lalu, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengkritik kunjungan Ben Gvir ke tempat suci itu. Kantor itu menyatakan tindakan menteri sayap kanan itu adalah penyimpangan dari status quo al-Aqsa.
Menurut status quo, kaum non-Muslim hanya diizinkan untuk mengunjungi situs suci tersebut sebagai wisatawan berdasarkan Perjanjian 1967. Namun mereka dilarang untuk beribadah di sana.
Seorang mantan kepala rabi Israel, Yitzhak Yosef, mengatakan bahwa massa yang berdoa di al-Aqsa bersama Ben Gvir, beberapa hari lalu, sama sekali tidak mewakili kaum Yahudi. “Saya menyerukan kepada negara-negara di dunia, jangan memandang menteri-menteri (ekstremis) pemerintah (Israel) ini sebagai perwakilan orang-orang Yahudi,” katanya.
“Mereka tidak mewakili orang-orang Yahudi. Sebagian besar orang Yahudi di Israel dan di seluruh dunia tidak akan naik ke Bukit Bait Suci,” ujarnya.
Tindakan Ben Gvir tidak hanya menuai kritik tajam dari negara-negara Muslim, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).