Trump juga mengatakan banyak militan ISIS yang ikut terbunuh dalam serangan itu, termasuk tiga anak dan tiga pembantu dekat.
ISIS telah merebut sebagian Irak dan Suriah sejak 2014 untuk mendirikan negara sendiri. Namun upaya ISIS diakhiri pada Maret 2019, setelah pasukan koalisi yang dipimpin AS merebut kembali semua daerah yang diduduki tersebut. Sejak itu militan ISIS berpencar di daerah perbatasan antara Irak dan Suriah atau kembali ke negara asal.
Penyerangan ini tak lepas dari peran intelijen Irak yang telah mengetahui posisi Al Baghdadi di Idlib sejak 5 bulan lalu. Informasi itu lalu dilanjutkan ke Badan Intelijen Pusat AS (CIA).
Menurut sumber pejabat keamanan Irak, seorang bekas pembantu dekat Al Baghdadi, Ismaeel Ethawi, yang membantu melacak keberadaan Al Baghdadi.
Dari Ethawi, intelijen mengetahui kebiasaan Al Baghdadi dan para komandannya. Mereka terkadang melakukan pembicaraan strategi di minibus yang mengangkut sayur mayur untuk menghindari deteksi petugas.