Secara khusus, huruf konsonan [p], [t] dan [k] digunakan dalam Bahasa Inggris dapat membuat suara tersebut menyemprotkan banyak droplet dari saluran pernapasan pembicara ke udara, menciptakan awan ludah. Jika orang tersebut sudah terinfeksi virus, maka udara di sekitarnya penuh dengan partikel virus.
Penelitian ini secara tidak langsung mengungkap bahwa banyaknya kasus Covid-19 di suatu negara terkait dengan banyaknya konsonan aspirasi dalam bahasa penutur yang paling mendominasi komunikasi.
Studi tersebut mengamati data dari 26 negara dengan lebih dari Covid-19 pada 23 Maret 2020.
Hingga memasuki pekan ketiga September, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 30 juta orang di seluruh dunia. Mayoritas negara-negara dengan jumlah positif Covid-19 lebih dari 10.000 kasus menggunakan Bahasa Inggris sebagai penutur utama maupun bahasa kedua (second language).
Amerika Serikat di mana penduduknya berbicara Bahasa Inggris berada di peringkat teratas negara terdampak Covid-19 dengan jumlah kasus infeksi mencapai lebih dari 6,6 juta. Sementara Inggris sejauh ini mencatatkan 381.614 kasus infeksi dengan angka kematian mencapai 41.705.