PARIS, iNews.id – Komunitas Muslim di Prancis mengecam penyanderaan di Kota Trebes pada Jumat pekan lalu yang menewaskan empat orang, termasuk seorang polisi yang rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan seorang sandera.
Imam Masjid Carcassonne, Mohamed Belmihoub, mengatakan, jantung komunitas Muslim dan agama Islam telah “ditusuk” oleh orang yang menggunakan simbol agama.
“Allahu Akbar adalan simbol dari penyembahan Tuhan. Itu artinya Allah Maha Besar dari kebencian. Kami tak bisa mengungkapkan dalam kata-kata, kami syok,” kata Belmihoub, merujuk pada ucapan pelaku penyanderaan yang meneriakkan Takbir saat beraksi di supermarket Super U.
Untuk menunjukkan solidaritas dan kesatuan melawan teror, komunitas Muslim turut hadir mengenang para korban tragedi ini pada Minggu 25 Maret.
“Ini untuk membuktikan bahwa Prancis adalah induk dari siapa pun. Kami adalah bagian dari negara ini. Ini negeri bagi berbagai warna kulit dan berbagai keyakinan. Semua orang harus camkan ini di kepala mereka. Kita harus hidup bersama dan melawan domba yang tersasar ini,” katanya.
Peringatan bagi para korban penyanderaan digelar di Palm Sunday, di awal Pekan Suci bagi umat Kristiani, yang pada akhir pekan mendayang akan merayakan Paskah.
Penyerangan dan penyanderaan di Trebes dan sekitarnya menewaskan empat orang. Pelaku, Radouane Lakdim, memulai aksinya pada Jumat sekitar pukul 10.30 waktu setempat dengan merampok mobil dan menembak mati penumpangnya.
Lalu dia menembak polisi yang tengah berolahraga, namun tidak sampai merenggut nyawanya.
Pada 11.15, Lakdim menyandera sekitar 50 karyawan dan pengunjung supermarket Super U. Dia sempat membebaskan sebagian besar sandera, namun tetap menahan beberapa orang.
Pada kesempatan itu, Lakdim menuntut pembebasan temannya yang ditahan, Salah Abdesalem, salah seorang pelaku serangan Paris pada November 2015 yang menewaskan 130 orang.
Polisi menembaknya hingga tewas dalam drama penyanderaan yang berlangsung sekitar 4 jam itu.