PORT MORESBY, iNews.id - Perang antarsuku yang terjadi selama berhari-hari di daerah pegunungan pedalaman Papua Nugini memakan korban jiwa. Pejabat kepolisian setempat mengatakan, lebih dari 35 orang tewas akibat insiden kekerasan tersebut.
Seperti dilansir The Associated Press (AP), Asisten Komisaris Polisi Joseph Tondon di Provinsi Enga menuturkan bahwa konflik itu dipicu oleh masalah penambangan ilegal. Jumlah korban tewas akibat kekerasan tersebut masih ditaksir.
"Terjadi pertempuran sengit pada Minggu (15/9/2024). Diperkirakan lebih dari 35 orang tewas dalam pertempuran. Saya hitung semua angkanya. Ada beberapa orang tak bersalah yang juga terbunuh," kata Tondon kepada AP, Selasa (17/9/2024).
Penasihat kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Papua Nugini, Mate Bagossy, memperkirakan bahwa antara 20 hingga 50 orang tewas dalam beberapa hari terakhir akibat kekerasan di Enga.
Pertempuran di Lembah Porgera pecah di dekat tambang emas New Porgera. Akibat kekerasan itu, perusahaan tambang telah menghentikan sebagian besar operasinya paling tidak hingga Kamis (19/8/2024) lusa.
Surat kabar Post-Courier melaporkan, rumah-rumah dan toko-toko di Desa Suyan hancur dalam pertempuran tersebut.
Konflik antarsuku kali ini terjadi di dekat lokasi tanah longsor besar di Enga pada 24 Mei. Pemerintah memperkirakan lebih dari 2.000 penduduk desa terkubur dan ratusan lainnya mengungsi akibat bencana alam pada waktu itu. Sementara PBB memperkirakan hanya 670 penduduk desa yang tewas tetapi tidak membantah bahwa jumlah korban tewas bisa jauh lebih tinggi lagi.