RIYADH, iNews.id - Hilangnya perjanjian petrodolar AS-Saudi baru-baru ini menandakan menurunnya peran internasional Amerika Serikat dalam perdagangan. Kendati demikian, diperkirakan tidak ada perubahan besar dalam dinamika kekuatan global dalam waktu dekat.
Hal itu diungkapkan oleh mantan anggota Dewan Eksekutif IMF yang juga penasihat khusus Saudi Menteri Keuangan Arab, Hossein Askari. “Tidak (ada pergeseran dalam dinamika kekuatan global), untuk saat ini, kecuali hal itu menyebabkan perubahan besar dalam denominasi mata uang perdagangan internasional,” kata Askari kepada Sputnik, Jumat (14/6/2024).
“Ini lebih merupakan pesan bahwa peran internasional Amerika dalam perdagangan mulai menurun,” ujarnya.
Arab Saudi memutuskan untuk membiarkan perjanjian petrodollar dengan Amerika Serikat yang sudah berusia 50 tahun berakhir pada 9 Juni lalu. Perjanjian tersebut dibuat setelah Krisis Minyak 1973 dan mengharuskan Arab Saudi untuk menetapkan harga ekspor minyaknya secara eksklusif dalam dolar AS. Tak hanya itu, Riyadh juga diharuskan menginvestasikan kelebihan pendapatan minyaknya dalam Obligasi Perbendaharaan AS.
Setelah berakhirnya perjanjian itu, Arab Saudi kini dapat menjual minyak dan barang-barang lainnya menggunakan mata uang lain seperti renminbi (yuan), euro, dan yen. Askari mengatakan pasar minyak global tidak akan mengalami pergolakan besar setelah berakhirnya perjanjian petrodolar AS-Saudi.