“Sejauh yang kami ketahui, dia masih di Siprus,” kata jubir polisi itu.
Akan tetapi, Robinson membalas pernyataan polisi Siprus itu lewat unggahan di platform media sosial X, dengan mengklaim bahwa dia tidak lagi berada di pulau Mediterania itu. “Beruntung saya tidak berada di Siprus, bukan?” tulisnya.
Direktur Penuntutan Umum Inggris, Stephen Parkinson, pada Rabu ini memperingatkan bahwa para influencer media sosial yang diduga memicu kerusuhan di negara itu akan diekstradisi jika mereka berada di luar negeri. Akan tetapi, dia tidak menyebut nama Robinson.
“Para pelanggar itu harus tahu bahwa mereka tidak aman dan tidak ada tempat untuk bersembunyi,” ujarnya kepada BBC.
Kerusuhan anti-Muslim di Inggris terjadi setelah tiga anak perempuan, masing-masing berusia 9, 7, dan 6 tahun, tewas akibat serangan pisau di kelas dansa di Kota Southport, yang terletak barat laut negara itu. Sementara lima anak lainnya terluka parah.
Desas-desus palsu awalnya menyebar di media sosial, yang menyebut bahwa penyerang adalah seorang imigran pencari suaka Muslim. Namun, fakta ternyata berbicara lain. Pelakunya ternyata bukan seorang Muslim.
Kerusuhan massal tersebut tercatat sebagai kekacauan terburuk di Inggris dalam lebih dari satu dekade. Ratusan orang ditangkap dan lebih dari 100 orang didakwa atas kejahatan rasial.