Rouhani juga mendorong warga Iran memberikan suara dalam pemilu parlemen Jumat (21/2/2020) mendatang, sebagai pembangkangan terhadap Amerika.
"Amerika tidak senang dengan jumlah pemilih yang tinggi," ujarnya.
"Tentunya mereka (Amerika) akan senang jika tingkat partisipasi dalam pemilu parlemen rendah."
Pemilu parlemen Iran dipandang sebagai ujian atas popularitas kelompok Rouhani, yang relatif moderat dan pro-reformasi. Namun demikian, pemerintahan Rouhani masih berupaya keras memenuhi janji-janji kampanyenya, yaitu memulihkan tingkat kehidupan rakyat ketika perekonomian negara itu terpukul akibat sanksi-sanksi ekonomi AS.
Otoritas Iran juga melarang ribuan kandidat parlemen mencalonkan diri, terutama dari kelompok reformis dan moderat.
Pemilu parlemen Jumat besok dapat memperkuat kelompok garis keras Iran, yang berhasil melakukan konfrontasi dengan Barat.