Naiknya Tsai menambah pusing Presiden China Xi Jinping. Perempuan bermental keras dari Partai Progresif Demokratik itu sejak awal menjabat pada periode lalu sudah mengampanyekan kemerdekaan Taiwan.
Dia menang telak dalam pemilu tahun lalu, sebuah sinyal bahwa mayoritas rakyat Taiwan juga menginginkan kemerdekaan dari China.
Hasil jajak pendapat yang dirilis Pew Research Center AS pekan lalu menunjukkan, 66 persen menganggap diri mereka sebagai orang Taiwan, 28 persen sebagai campuran Taiwan dan China, serta hanya 4 persen yang menganggap orang China.
Polling melibatkan 1.562 responden yang dilakukan pada musim gugur itu memiliki margin of error plus-minus 3,2 persen.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memuji Tsai atas keberanian dan visinya dalam memimpin demokrasi Taiwan yang dinamis. Pompeo menyebut Tsai sebagai inspirasi bagi kawasan dan dunia.
"Amerika Serikat telah lama menganggap Taiwan sebagai kekuatan untuk kebaikan di dunia dan mitra yang dapat diandalkan," kata Pompeo, dalam pernyataannya, dikutip dari Associated Press.
Taiwan merupakan negara bekas jajahan Jepang. Wilayah itu diserahkan ke China pada 1945, namun berpisah saat Mao Zedong berkuasa pada 1949.