Pengamat menilai Rusia berupaya untuk menunjukkan kepada negara-negara Barat mengenai kedekatan hubungannya dengan Korut di tengah upaya isolasi yang terus-menerus terkait invasi ke Ukraina. Kunjungan Putin ini memicu kekhawatiran Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya karena bisa berarti semakin eratnya kerja sama militer kedua negara.
“Daftar negara yang bersedia menyambut Putin lebih pendek dari sebelumnya, tapi bagi Kim Jong Un, kunjungan tersebut sebuah kemenangan. Pertemuan ini tidak hanya meningkatkan status Korea Utara di antara negara-negara yang menentang tatanan internasional yang dipimpin AS, tapi juga membantu memperkuat legitimasi Kim di dalam negeri,” kata Leif-Eric Easley, pengamat dari Universitas Ewha di Seoul, Korea Selatan.
AS, Ukraina, dan pakar PBB menuduh Rusia menggunakan rudal dari Korut untuk menyerang Ukraina. Pemantau PBB mengatakan, setidaknya satu rudal balistik yang ditembakkan dari Rusia ke sebuah kota di Ukraina pada Januari 2024 merupakan buatan Korut. Sementara itu para pejabat Ukraina mengatakan, sekitar 50 rudal Korut digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina.
Namun Rusia dan Ukraina membantah tuduhan itu. Rusia dan Korut bertekad memperdalam kerja sama militer, namun mengenyampingkan transfer senjata.