Doktrin nuklir Rusia yang diterbitkan pada 2020 menetapkan kondisi-kondisi di mana presiden negara itu akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir. Menurut doktrin tersebut, secara umum, senjata itu dapat dipakai sebagai respons terhadap serangan yang juga menggunakan nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya, ataupun terhadap penggunaan senjata konvensional terhadap Rusia ketika keberadaan negara terancam.
"Tetapi doktrin ini adalah alat yang hidup dan kami dengan hati-hati mengamati apa yang terjadi di dunia sekitar kita dan tidak mengecualikan melakukan beberapa perubahan terhadap doktrin ini. Hal ini juga terkait dengan pengujian senjata nuklir," ucapnya.
"Kalau perlu kita lakukan tes. Sejauh ini juga belum diperlukan," tuturnya.
Belum lama ini, Presiden AS Joe Biden mulai memberi izin kepada Ukraina menggunakan senjata Amerika untuk menyerang wilayah Rusia. Langkah itu memicu peringatan dari Moskow mengenai potensi peningkatan konflik yang sudah berlangsung lebih dari 27 bulan itu.
Rabu lalu, Putin mengatakan dia dapat mengerahkan rudal konvensional dalam jarak serang Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa jika mereka mengizinkan Ukraina untuk menyerang lebih dalam ke Rusia dengan senjata jarak jauh Barat. Dia bahkan juga mempertimbangkan untuk mempersenjatai musuh-musuh Barat dengan senjata jarak jauh yang canggih.