Rusia, China, dan Amerika Berlomba Pergi ke Bulan, Apa yang Dicari?

Anton Suhartono
Bulan menjadi pusat perhatian dunia, Rusia, China, dan AS terlibat dalam perlombaan baru menuju satelit alami Bumi tersebut (Foto: AP)

Aspek prestise dan kekuatan global turut menjadi pendorong. Rusia, yang pernah berjaya sejak Yuri Gagarin menjadi manusia pertama di luar angkasa pada 1961, kini berupaya mengejar ketertinggalan dari Amerika Serikat dan China. Kegagalan misi Luna-25 pada 2023 menjadi pukulan, namun proyek besar seperti PLTN di Bulan dipandang sebagai momentum kebangkitan.

Meski aturan internasional melarang penempatan senjata nuklir di luar angkasa, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir diperbolehkan dengan syarat tertentu. Celah inilah yang dimanfaatkan negara-negara besar untuk mengamankan pasokan energi bagi pangkalan Bulan mereka.

Dengan energi, sumber daya, dan gengsi global sebagai taruhannya, Bulan bukan lagi sekadar objek penelitian ilmiah. Dia kini menjadi medan persaingan baru kekuatan dunia, dan perlombaan ini baru saja dimulai.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Nasional
12 jam lalu

Bertemu 45 Menit, Luhut: Prabowo Gembira Negosiasi Tarif dengan AS akan Rampung

Internasional
16 jam lalu

Kim Jong Un Pamer Kapal Selam Nuklir Pertama Buatan Korea Utara

Internasional
17 jam lalu

Rusia Ingin Bangun Pembangkit Tenaga Nuklir di Bulan, untuk Apa?

Internasional
17 jam lalu

Trump Ingin Rebut Greenland, Uni Eropa Tegaskan Dukung Denmark

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal