Sebelumnya, kepala dinas keamanan Rusia FSB Alexander Bortnikov mengatakan, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Ukraina kemungkinan berada di balik serangan tersebut.
Ada pihak di Ukraina, kata dia, yang mempersiapkan titik pelarian di perbatasan bagi para pelaku setelah beraksi.
“Mereka juga akan disambut sebagai pahlawan,” kata Bortnikov, seperti dilaporkan RT.
Keempat pelaku teridentifikasi sebagai bagian dari kelompok Islam radikal yang direkrut melalui chat online Telegram yang dikelola ISIS-K, afiliasi ISIS yang berbasis di Afghanistan.
Meski ISSI mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, tidak menutup kemungkinan badan intelijen Ukraina terlibat dalam perencanaan.