Museum Vatikan merupakan salah satu museum ternama dan terbesar di dunia. Sebenarnya nama asli bahasa Italia “Musei Vaticani”. Dalam bentuk jamak. Artinya di dalam musem itu ada banyak museum dengan berbagai objek bersejarah sepanjang 2.000-an tahun. Sebelum masa Covid-19, jumlah pengunjung bisa sampai enam juta per tahun. Jadi Borobudur sudah menjadi objek kekaguman banyak orang.
Kami lalu meninggalkan Padre Mapelli dan bergerak menuju Kapel Sixtin. Dalam perjalanan ke sana, saya menjelaskan kepada Pak JK tentang sejarah Kapel Sixtin. Kapel yang dibangun oleh Paus Sixtus IV pada bagian kedua abad ke-15 ini menjadi penting dan terkenal karena pertama, merupakan satu-satunya Kapel di dunia yang berisi lukisan-lukisan Micheangelo.
Dua yang terkenal sekali adalah penciptaan manusia pertama (Adam), di mana Tuhan dan Adam berbaring sambil merentangkan tangan ke arah satu sama lain pertanda saling merindukan dan saling mencari, tetapi jari telunjuk mereka tidak bisa bersentuhan. Dan lukisan terkenal lainnya yaitu Pengadilan Terakhir.
Kedua, Kapel Sixtin merupakan tempat pemilihan para Paus yang dikenal dengan nama Konklav (dengan kunci; di bailk ruang tertutup). Lantas Pak JK menyambung: ‘Oh, yang ada asap hitam dan putih itu’. Lalu saya menjelaskan secara ringkas apa itu Konklav dan bagaimana prosedur pemilihan seorang Paus. Pak JK menyambung: ‘Oh, jadi sangat demokratis’.
Di Kapel Sixtin Pak JK memilih untuk berdiri saja supaya lebih leluasa melihat keindahan lukisan-lukisan Michelangelo di abad pencerahan (renaissance) ini. Beliau kelihatan sangat kagum. Oleh karena keterbatasan waktu, mengingat beliau harus bergegas ke bandara Leonardo da Vinci untuk meneruskan perjalanan ke Riyadh dan Mekkah di Arab Saudi, kami berhenti di sini.
Dalam perjalanan kembali, saya menyempatkan diri untuk berbicara dengan Pak JK tentang berbagai hal, termasuk situasi dan kondisi politik Indonesia saat ini. Kata beliau: ‘Suhu politik kita naik turun. Ada banyak demo’.
Pada akhirnya kami berdua sama-sama berharap agar hal ini akan segera berakhir. Tak lupa beliau mengajak untuk nanti bertemu kembali di Jakarta. Beliau tertarik untuk membahas lebih banyak soal dialog lintas agama untuk perdamaian dan kerukunan antarumat beragama. Dengan senang hati saya menyambut keinginan dan ajakan beliau.