Prancis yang sempat diduduki oleh Jerman, menjalankan pemerintahannya di pengasingan dan terus berperang. Negara-negara lain seperti Kanada, Australia, China, dan banyak lagi juga berperan dalam mendukung Blok Sekutu.
Jepang yang sedang mengalami industrialisasi pesat, merasa memerlukan sumber daya alam untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Untuk tujuan tersebut, Jepang mulai melakukan ekspansi militer ke Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk invasi ke Manchuria (1931) dan perang dengan China (1937).
Menurut Encyclopedia Britannica, hingga 1939, Angkatan Laut Jepang masih sangat percaya pada kekuatan senjata. Diasumsikan bahwa pertempuran yang menentukan akan dilakukan terutama oleh persenjataan besar dari kapal-kapal perang, dilengkapi dengan serangan kapal penjelajah ringan dan kapal perusak serta serangan udara dari kapal induk. Angkatan Laut Jepang telah dipersenjatai dan dilatih sesuai dengan doktrin militer tersebut.
Kebijakan Angkatan Laut Jepang juga telah lama mempertimbangkan kekuatan yang setara dengan 70 persen dari total kekuatan Angkatan Laut AS sebagai prasyarat untuk kemenangan atas Amerika Serikat—dengan asumsi bahwa 30 persen dari armada utama AS akan dihancurkan sebelum mencapai perairan Timur Jauh. Atas alasan strategis itulah Angkatan Laut Jepang berupaya keras untuk membangun kekuatan tambahannya di kawasan Pasifik.
Dilansir dari laman The National World War II Museum New Orleans, Perang Asia Timur Raya bermula ketika pasukan Jepang melancarkan serangan mendadak ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Tujuan Jepang menyerang pelabuhan militer AS di Honolulu, Hawaii, itu adalah untuk mencegah intervensi Amerika dalam ekspansi Jepang di Asia.