JAKARTA, iNews.id – Sejarah jalur Gaza penting untuk diketahui. Konflik yang terjadi di wilayah kantong Palestina itu mengundang perhatian banyak pemimpin dunia.
Jalur Gaza merupakan wilayah sepanjang 40 km dengan lebar 7 km yang dibatasi oleh sisi barat Laut Mediterania, sisi utara dan timur Israel, dan sisi selatan Mesir. Bagian barat Gaza diduduki Israel, tapi bagian lainnya juga dimiliki oleh Palestina. Perbatasan antara Israel dan Palestina di jalur Gaza ini hanya dibatasi oleh tembok dan pagar yang dibangun Israel.
Wilayah Gaza yang sebagiannya dimiliki dua negara berbeda ini memicu peperangan hebat yang merugikan satu sama lain. Kabarnya, konflik belasan tahun lalu ini masih sering diperdebatkan sampai sekarang. Bagaimana akar permasalahannya?
Perang Dunia I, setelah Kesultanan Ottoman berakhir, wilayah Gaza menjadi bagian dari mandat PBB untuk Palestina di bawah parlemen Inggris. Sebelum mandatnya berakhir, Majelis Umum PBB pada November 1947 menerima rancangan pembagian wilayah Gaza antara Palestina, Arab, dan Yahudi (Israel) dan setahun berikutnya setelah mandat itu usai, perang Arab dan Israel pertama kali dimulai. Pasukan Mesir menjarah kota Gaza yang dijadikan markas pasukan ekspedisi Mesir di Palestina.
Perang itu mengakibatkan kedudukan Arab berkurang sebanyak 30 mil yang kemudian wilayah tersebut dikenal sebagai jalur Gaza. Perbatasannya ditentukan dalam agenda gencatan senjata antara Mesir dan Israel 1949 dan menyatakan jalur Gaza yang berada di bawah kekuasaan militer Mesir dari 1949 sampai 1967.
Isu ekonomi dan sosial di Gaza menjadi penyebab besar banyaknya pengungsi Arab-Palestina yang hidup dalam kemiskinan di kawasan kumuh. Pemerintah Mesir saat itu sampai tidak mengakui wilayah tersebut dan tidak mengizinkan penduduk sana sebagai warga negara Mesir maupun bermigrasi ke negara-negara Arab lainnya.
Juni 1967, sempat terjadi perang selama 6 hari di mana jalur Gaza berhasil direbut Israel yang menduduki wilayah itu selama 20 tahun lamanya. Pada 1987, kembali terjadi perseteruan antara warga Palestina di Gaza dengan pasukan Israel yang lagi-lagi memperebutkan wilayah Gaza. Tujuh tahun kemudian, Israel menandatangani Perjanjian Oslo yang mengalihkan otoritas pemerintahan di Gaza kepada Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Akhir 2000, kegagalan penerapan Perjanjian Oslo diikuti dengan pecahnya perseteruan hebat yang dimulai Israel. Tiga tahun kemudian, perdana menteri Israel mengumumkan penarikan tentara dan penduduk Israel dari jalur Gaza. Perpindahan tersebut selesai pada 2005. Jalur Gaza kembali dialihkan kepada Otoritas Palestina, meskipun Israel masih aktif berpatroli di perbatasan itu.