“Pada saat serangan, pasukan darat tidak mengetahui warga sipil di dalam atau di sekitar kompleks; mereka hanya tahu Taliban menggunakan gedung sebagai posisi berperang,” terang juru bicara pasukan NATO dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyelidiki setiap dugaan kesalahan yang kredibel dan meninjau setiap misi untuk belajar, beradaptasi, dan meningkatkan," sambungnya.
Bulan lalu, PBB menyebut jumlah korban sipil dari serangan udara dalam sembilan bulan pertama tahun ini sudah lebih tinggi daripada di seluruh tahun konflik sejak setidaknya 2009.
Peningkatan itu datang bersamaan dengan lonjakan tajam dalam jumlah operasi udara di bawah strategi AS yang ditujukan untuk meningkatkan tekanan pada Taliban guna memaksa mereka menerima akhir negosiasi perang 17 tahun.
Menurut angka dari militer AS, pesawat AS mengeluarkan 5.213 senjata pada akhir September, naik dari 4.361 untuk seluruh 2017 dan jumlah tertinggi sejak 2011 ketika ada lebih dari 100.000 pasukan AS di Afghanistan.