Demonstrasi atau protes mengungkapkan perbedaan pendapat di depan umum jarang terjadi di Singapura.
Negara itu kini menampung puluhan ribu pekerja migran Myanmar, sebagian melarikan diri ke negara tersebut sejak akhir 1980-an. Saat itu Myanmar masih dikenal dengan Burma.
Imigran lainnya melarikan diri setelah 'Revolusi Saffron' pada 2007, yakni unjuk rasa beberapa pekan dipimpin para biksu Budha yang kemudian dibubarkan paksa tentara.
Selain itu warga Myanmar tertarik ke Singapura karena prospek pekerjaan di bidang konstruksi, perkapalan, pembantu rumah tangga, dan restoran.