JAKARTA, iNews.id - Dalam bentrokan terbaru dengan Thailand yang meletus pada Senin (8/12/2025), militer Kamboja kembali mengandalkan sistem roket PHL-03 sebagai salah satu senjata utama. Peluncur roket buatan China ini sebelumnya juga dipakai Phnom Penh dalam ketegangan di perbatasan pada Juli lalu.
Dalam perselisihan Thailand-Kamboja, PHL-03 menjadi salah satu senjata yang paling mencuri perhatian. Sistem artileri roket tersebut bahkan dijuluki sebagai “mimpi buruk” bagi pasukan darat Thailand karena daya rusak dan jangkauannya yang besar.
Kekuatan tembaknya yang masif membuat PHL-03 kini dipandang sebagai simbol meningkatnya kapabilitas artileri Kamboja, yang sebelumnya dianggap jauh tertinggal.
PHL-03 merupakan sistem peluncur roket, multiple launch rocket system (MLRS), kaliber 300 mm buatan China, yang diperkenalkan pada awal 2000-an. Sistem ini dikembangkan dari roket Rusia BM-30 Smerch, namun telah dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan militer China dan negara pengguna lain seperti Kamboja.
Peluncur ini dapat menembakkan 12 roket sekaligus, baik yang berpemandu maupun tidak, dengan jarak tembak maksimal mencapai sekitar 150 kilometer, tergantung amunisinya. Dengan waktu peluncuran kurang dari semenit, area yang luas bisa dihancurkan, menjadikannya senjata efektif untuk serangan awal atau penghancuran fasilitas strategis musuh.
Keberadaan PHL-03 memberi efek signifikan terhadap perhitungan militer Thailand. Para analis menyebut jangkauan jauh dan daya ledaknya membuat setiap pengerahan pasukan besar di perbatasan menjadi penuh risiko bagi Bangkok.
Selain itu, PHL-03 dapat dioperasikan bersama sistem drone pengintai, memungkinkan serangan presisi terhadap lokasi penting seperti pusat logistik, gudang peluru, hingga markas komando lawan dari jarak aman.
Walaupun Thailand memiliki anggaran pertahanan dan kekuatan militer yang jauh lebih besar, roket sekelas PHL-03 tetap menjadi ancaman serius. Salah satu alasannya adalah sulitnya mencegat roket tersebut dengan sistem pertahanan udara konvensional. Kecepatan tinggi dan pola penyebaran roket membuatnya sukar ditangkal secara menyeluruh.
Dalam konflik perbatasan, PHL-03 memberi Kamboja kemampuan untuk melakukan serangan kejutan atau respons cepat bila terjadi pelanggaran wilayah. Kondisi ini memaksa Thailand meningkatkan pertahanan jarak jauh dan membangun lebih banyak instalasi anti-roket di titik-titik rawan.