Sudan Kacau akibat Perang Saudara, Naik Angkutan Umum Bayar Pakai Sabun

Anton Suhartono
Sistem perbankan Sudan runtuh dan nilai mata uang kolaps, transaksi keuangan konvensional praktis tidak berfungsi (Foto: AP)

KHARTUM, iNews.id - Kekacauan akibat perang saudara yang telah berlangsung 2 tahun membuat warga Sudan harus beradaptasi dengan cara bertahan hidup yang semakin ekstrem. Dengan sistem perbankan runtuh dan nilai mata uang kolaps, transaksi keuangan konvensional praktis tidak berfungsi. 

Akibatnya, aktivitas sehari-hari, termasuk transportasi, kini dibayar menggunakan sabun, bahan bakar, dan barang kebutuhan pokok lainnya.

Pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) terus meluas, terutama sejak pemberontak menduduki Kota El Fasher. Situasi ini memperburuk kehancuran ekonomi yang sudah lama terjadi.

Transportasi Tanpa Uang: Sabun, Solar, dan Gula Jadi Ongkos Baru

Di tengah ambruknya nilai tukar pounds Sudan dan hilangnya uang tunai dari peredaran, moda transportasi rakyat seperti ojek dan tuk-tuk kini beroperasi dengan sistem barter.

“Pengemudi ojek dan tuk-tuk diberi bahan bakar dan sabun sebagai ongkos,” kata Al Sadiq Issa, relawan lokal yang membantu menyalurkan bantuan kemanusiaan, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (4/12/2025).

Warga yang ingin bepergian membawa barang-barang kecil seperti sabun mandi, gula, atau beberapa liter solar untuk membayar perjalanan singkat. Sistem ini telah menjadi norma baru di sejumlah wilayah yang terputus aksesnya dari perbankan.

Bengkel dan Pedagang pun Terima Pembayaran dalam Bentuk Barang

Tak hanya transportasi, para tukang bengkel hingga pedagang kecil di pasar lokal menerima pembayaran berupa makanan atau barang rumah tangga. Jagung, tepung, beras, dan bahkan peralatan dapur menjadi "alat tukar" yang lebih bernilai dibanding uang tunai.

Dengan bank tutup dan uang tak ada artinya, warga tak punya pilihan lain selain mengikuti pola ekonomi pra-modern ini agar tetap bisa bertahan hidup.

Uang Tidak Lagi Dipakai, 9 Bulan Tanpa Satu Lembar pun

Ali, seorang pegawai negeri dari Dilling yang kini dikepung RSF, mengaku sudah hampir setahun tidak melihat uang kertas.

“Saya tidak memegang uang kertas selama lebih dari 9 bulan,” ujarnya.

Untuk membeli makanan, dia harus menukar barang-barang seperti kursi, cangkul, atau peralatan rumah tangga lainnya. Ali bahkan pernah menukar satu cangkul dan satu kursi dengan tiga karung sorgum.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Internasional
2 hari lalu

Sudan Kacau akibat Perang Saudara: Uang Tak Laku, Warga Transaksi Barter

Internasional
13 hari lalu

Deklarasi Bersama KTT G20 Serukan Akhiri Konflik Palestina, Ukraina hingga Sudan

Internasional
25 hari lalu

Brutal, Pemberontak Sudan Bakar Ratusan Mayat Warga Sipil untuk Hilangkan Bukti Genosida

Internasional
27 hari lalu

Duh, Ratusan Perempuan Diperkosa Pemberontak saat Melarikan Diri dari Medan Konflik Sudan

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal