“Saya telah melalui banyak masalah dalam hidup. Namun hari-hari belakangan ini merupakan hal tersulit yang pernah saya temui,” ujar pria yang mengungsi saat masih berumur 1 tahun bersama orang tuanya dari sebuah desa di Yerusalem ketika terjadi perang Arab-Israel 1948 itu.
Para pengungsi Palestina, mulai dari yang tinggal di kamp tepi pantai yang penuh sesak di Gaza hingga kamp kota yang cukup lengang di Beirut wilayah selatan di Lebanon, khawatir bantuan dari UNRWA yang saat ini sudah menyusut akan semakin sulit mereka dapat seiring krisis Covid-19.
Kesulitan pendanaan memang dialami oleh UNRWA dalam beberapa tahun terakhir akibat kekurangan donor di tengah kemunculan konflik selain penjajahan Palestina oleh Israel, yakni perang di Suriah dan Yaman.
Namun, masalah dana itu semakin meningkat setelah Amerika Serikat sebagai donor terbesar mereka menghentikan bantuan tahunan senilai 360 juta dolar AS (hampir Rp6 triliun) pada 2018.