"Sekarang tas ransel saya adalah rumah saya. Saya malu meminta uang kepada anak-anak saya."
Adapun rumahnya terletak di sisi lokasi proyek yang gagal tersebut dan menjadi tidak stabil karena aktivitas penggalian. Kemarahannya diarahkan kepada satu sasaran: kepala proyek Turki, Presiden Erdogan.
"Saya merasa benci terhadapnya," kata perempuan itu.
"Saya selalu memilihnya -tetapi dia telah menghancurkan rakyatnya."
Selama 16 tahun terakhir, Erdogan menempatkan pembangunan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Turki.
Hal yang dia sebut sebagai "proyek besar" -mulai dari bandara, jembatan hingga terowongan- mengubah infrastruktur negara itu. Dan pembangunan rumah bertingkat tinggi mengubah cakrawala kota, seringkali membuat para arsitek membencinya.
Para pengusaha konstruksi yang mempunyai kedekatan dengan presiden memenangkan tender dari pemerintah melalui dukungan politik.