Namun, dalam dekrit tersebut tidak apakah perempuan dapat bekerja atau mengakses fasilitas di luar rumah atau pendidikan. Padahal dua hal tersebut telah menjadi perhatian utama masyarakat internasional.
Selama pemerintahan sebelumnya dari 1996-2001, Taliban melarang perempuan meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki. Wanita juga harus menutup wajah dan kepala.
Taliban mengaku jika mereka telah berubah. Sekolah menengah untuk anak perempuan telah dibuka di beberapa provinsi. Meski demikain, banyak perempuan dan pembela hak tetap skeptis.
Komunitas internasional yang telah membekukan miliaran dana bank sentral dan pengeluaran pembangunan, telah menjadikan hak-hak perempuan sebagai elemen kunci dari setiap keterlibatan di masa depan dengan Afghanistan.
Negara, yang juga menderita krisis likuiditas perbankan karena arus kas mengering karena sanksi, menghadapi risiko keruntuhan ekonomi sejak Taliban mengambil alih.