"Ada presidensi dua jalur, di mana sejumlah langkah presiden seperti sikapnya yang cenderung ramah terhadap para otokrat dan diktator, termasuk Kim Jong Un dan Vladimir Putin, dibatasi dan diluruskan oleh orang-orang dewasa di ruangan itu," demikian diungkap pejabat anonim.
Terlebih lagi, disebutkan penulis, sejumlah pejabat berbisik-bisik soal upaya mengaktifkan Amandemen ke-25, yaitu ketentuan konstitusional yang memungkinkan wakil presiden dan mayoritas menteri kabinet melakukan pemungutan suara untuk mengganti presiden yang tidak dapat menjalankan tugas dan kekuasaan sebagaimana yang ditentukan.
Hingga saat ini, manuver semacam itu lebih merupakan wacana politik di AS dan sekadar mimpi lawan-lawan Trump yang paling menentang.
"Tidak seorang pun mengharapkan terjadinya krisis konstitusi," tulis sang pejabat.
"Jadi kami akan melakukan apa yang kami bisa untuk mengarahkan pemerintahan ke arah yang benar sampai semua ini berakhir, dengan cara apa pun."